Pesan Terakhir Dua Lima Mei

Abang, ditempat ini kali pertama kita bertemu. masihkah abang ingat, bagaimana dulu kita berkenalan? Masihkah abang ingat bagaimana dulu kita memutuskan menjadi Teman Tapi Mesra setelah sekian lama berkawan? Dan masihkah abang ingat bagaimana dulu kita berjanji untuk saling menyayangi meski apapun yg terjadi? Jika lupa, moga bunga ini bisa mengingatkannya..

Abang…kita pernah bersama berbagi kasih, duka lara dan air mata. Kita pernah menangis dan tertawa bersama. Kita juga pernah bernyanyi bersama. Kita pernah memiliki dan melalui masa masa itu, bang. Hingga suatu hari, “tragedi” mengintimidasi kebersamaan kita. Aku tak tahu lagi apa yg harus aku lakukan untuk tetap bisa mempertahankan hubungan kita pada saat itu. disisi lain, aku sangat membutuhkan abang. Disisi lain, aku tak kuasa menolak keinginan ayah bunda. Di tengah aku berjuang mencari jalan dari segala kesulitan yg menjerat, kita berselisih faham. Dan kitapun semakin jauh. Kata maaf dan membangun komunikasi ulangpun seolah tak cukup mampu mengembalikan keindahan dulu. Padahal di tempat berbeda, kita sama sama terluka. Dan entah kenapa kita begitu angkuh untuk mengakui betapa kita itu masih saling menyayangi.

Abang..berkali engkau bilang, diam mu itu sebagai tanda sayang, agar aku bahagia, ceria dan bisa mencintai yg lain. Tapi pernahkah abang menyadari, aku justru tersiksa karenanya. Kau lihatlah bang,lihat! Jangankan tidur, makanpun malas kulakukan. Jangankan tertawa, senyumpun harus dipaksa. Lalu yang disana, coba abang lihat.lihat! sudah berapa banyak yang terluka karena sikap “romantisme buatan”ku. Sekali lagi coba abang perhatikan…

Malam ini, dibulan ulang tahunku, aku ingin bangun dari mimpi mimpi kita yg semakin memucat. . Berkali sudah kulayangkan apa yang ada di hatiku, tapi abang tetap membisu.Aku sudah letih bang membiarkan cinta kita seperti kapal kertas mengambang di air tawar yang tak jelas kemana arahnya. Maafkan, pesan ini, pesan terakhirku padamu juga pada mereka mereka yg telah tersakiti oleh ulahku.
*4 Some one.*
Hong Kong, 25 Mei 2009

77 komentar di "Pesan Terakhir Dua Lima Mei"

Posting Komentar