LAST NIGHT

Hingga malam ini, rasa capek yang aku derita tak juga sembuh. Padahal tadi siang aku sudah minum obat. Ingin memejamkan mata rasanya juga sulit minta ampun. Ah... lebih baik buka laptop, memeriksa materi yang rencanya akan kukirim ke redaktur pada minggu nanti.
Paragraf demi paragraf kubaca ulang, tapi pikiranku sama sekali ndak nyantol. Aku sendiri heran, aku tidak tahu apa yang kuingini. Tidur, makan atau turun ketaman? Pikiranku mulai resah. Tapi aku sendiri tidak tahu apa yang membuatku resah. Ingat kampung halaman, ataukah butuh teman?

Samar aku menemukan jawab, ketika jari jemari ini menekan tombol demi tombol laptop. Minggu kemarin atau dua hari yang lalu... pasti itu penyebabnya. Aku sangat yakin itu. Soalnya minggu yang lalu aku pergi ke daerah New Teotories yang kemudian balik lagi ke Central atau pusat kota. Yakin, aku pasti capek karena itu. Apalagi hari itu aku gak punya rencana jalan-jalan. Makanya pada minggu kemarin aku hanya memakai sendal jepit, dipadu dengan celana katun yang biasa kupakai di rumah. Dan baju tanpa lengan yang kupakai hari itu, baju yang biasa kupakai ketika turun apartemen beli makanan.
Santi, begitu nama perempuan yang mengajakku pergi pada pagi itu. Di saat aku sedang menikmati secangkir kopi dan selembar roti di kantin Liberary, Causeway Bay. Sebenarnya aku sudah jujur: " Hari ini aku gak ada rencana liputan''. Tapi reporter koran lokal itu malah menyerang. " Apa karena koranmu sudah terbit. Aku tahu, aku sudah membacanya''. Kami tertawa bersama, yang itu artinya kakiku harus melangkah menemani si dia.
Sekitar 15 menit kamimenunggu bis dua tingkat. Dan sekitar satu jam, kami tiba di sebuah toko Indonesia. Toko yang menyediakan masakan dan kebutuhan khas Indonesia. Hari itu, untuk kali kesekian datang ketempat itu.
Saat kami datang, tempat itu masih sepi. Aku hanya melihat buruh buruh migran dari Indonesia yang tidak aku kenal. Tetapi begitu kaki kami melangkah kehalaman belakang, aku menjumpai teman-teman akrabku. Kami membaur, berbagi cerita dan tentu saja mengali informasi.
Rupanya minggu kemarin, toko Indo itu memfasilitatori pernikahan sesama jenis. Aku masih ingat, cewek yang berperan sebagai laki-laki itu berasal dari Ujung Pandang. Badannya kecil, rambutnya cepak dan ia orang yang sulit berkomentar. Menjawab pertanyaanku, pacaran dengan teman perempuannya sudah lebih dari setahun. Sebelum acara pernikahan pada hari itu, keduanya tunangan terlebh dulu. Di tempat itu juga ia tunangan yang katanya menghabiskan HK$7000 (Tujuh juta). Gilanya lagi, belum genap 6 bulan tunangan, sekarang menggelar acara lagi. Lebih ramai dan lebih semarak. Kali ini lebih fantastis. Isunya acara yang menyewa dua tempat sekaligus itu memakan biaya 15 juta. Belum lagi untuk penyewaan peralatan lain.
Ala pernikahan di tanah air, juga ada acara arak-arakkan. Heboh, khan?
Masyarakat setempat yang saat itu sedang belanja, sampai rela berdiri melihat. Arak arakan dengan kembang mayang di tempuh sekitar 100 meter. Bersambung....

6 komentar di "LAST NIGHT"

Posting Komentar