'"Pagi sekitar pukul 07.10, samar aku mendengar bisikan dan terasa ada tangan lembut menyentuh pipiku. Mulanya kuabaikan, tetapi lama-lama kesadaranku pulih. Seketika aku berteriak saking kagetnya. Benar saja, kakek berdiri di depanku dengan wajah cengengesan. Aku pun mengumpat memarahi kakek. Tak lama, seluruh anggota keluarga datang ke kamarku.
Kalau saja aku mau melayani kemauan bapak majikan, mungkin nasibku tak sampai seperti ini. Dipaksa, difitnah, sampai akhirnya kontak kerja diputus majikan. Parahnya, majikan langsung mengantarkan aku ke bandara."
Baru setahun aku bekerja di Flat 5/ F Blok A, Homantin. Aku bekerja pada sebuah keluarga dengan lima anggota. Mereka adalah sepasang suami-istri, satu orang anak, dan orangtua majikan. Mereka sangat baik dan perhatian kepadaku, yang sebelum ini pernah bekerja di Singapura. Apalagi pada musim dingin seperti sekarang, nenek suka memanjakan aku dengan membelikan baju-baju hangat di pasar. Meski baju-baju tersebut tidak baru alias bekas pakai, dan tentu saja harganya relatif murah, aku sangat berterima kasih kepada nenek.
Ups, tentu saja tidak hanya nenek. Nyonyaku juga suka membelikan aku baju atau krim tangan, supaya tanganku tidak membengkak akibat ”serangan” musim dingin. Ya, musim dingin tahun lalu, kali pertama aku bekerja di rumah itu. Mereka tampak masih cuek terhadap kehadiranku. Berbeda dengan tahun ini, perhatian mereka jauh lebih besar. Mungkin mereka mulai merasa cocok melihat aku sudah bisa beradaptasi dengan anggota keluarga.
Anak asuhku seorang remaja pria berusia 16 tahun. Ia penurut dan tidak suka mengadu pada majikan, meskipun aku sering berbuat kesalahan. Misal, keliru menyiapkan seragam sekolah maupun telat membangunkan. Begitu juga dengan nenek, yang sehari-hari lebih banyak diisi dengan duduk di atas kursi roda. Ia tak banyak omong, bicara ala kadarnya. Mungkin karena itulah, kedua majikan menilaiku baik. Suasana kekeluargaan yang sungguh menentramkan hati.
Namun seiring guliran waktu, keharmonisan keluarga majikan yang pernah kunikmati tiba-tiba lenyap ketika masa kerjaku menginjak satu tahun. Tidak tanggung-tanggung, aku dipulangkan majikan tanpa pemberitahuan. Hal ini sama sekali di luar dugaan. Bahkan, tak pernah sekalipun terlintas dalam benak, aku bakal dideportasi majikan secara mendadak. Itu semua jika mengingat kedekatanku dengan majikan selama ini.
Toh, aku tidak bisa mengelak dari keharusan pergi meninggalkan Hong Kong, Januari 2008. Jujur, tiga hari sebelum majikan menyuruhku pulang, aku memang sempat bertengkar hebat dengan kakek. Pertengkaran itu sempat dilerai oleh nenek, yang notabene mulai berkurang pendengarannya.
Meskipun melerai, nenak sejatinya tidak tahu ada persoalan apa antara aku dengan kakek – suaminya. Sepengetahuan nenek, aku telah membantah omongan kakek, yang akhirnya menyuruhku pergi dari rumah itu. Aku tidak bisa menyalahkan nenek, kalau pada akhirnya nenek mengadukan apa yang ia lihat kepada nyonya dan tuan.
Celaka... Kakek sungguh keterlaluan telah memberikan cerita palsu. Kepada anaknya, kakek bilang aku telah melawan. Tidak mau diperintah dan suka marah-marah. Harus kuakui, saat itu aku memang melawan, membantah, dan menolak perintah kakek. Lha, bagaimana mau kuturuti? Wong, kakek menyuruhku membuka baju dan meminta dilayani layaknya pasangan suami istri.
Kakek asuhku memang sudah lanjut tua, meski aku tak tahu persis berapa umurnya. Sekalipun sudah uzur, kakek tak pernah pakai tongkat. Barangkali karena setiap pagi dan sore ia rutin pergi jogging, sehingga badannya jadi kelihatan sehat.
Gelagat kalau si kakek ada ”maksud-maksud tertentu”, sebenarnya sudah kutangkap sejak jauh-jauh hari. Kalau tak salah, menginjak bulan kedua aku bekerja di rumah itu. Masih kuingat, hari itu kakek menyuruhku mencari mokan cai di lemari bajunya. Tetapi kucari-cari di lipatan baju-bajunya, handuk kecil itu tak juga ketemu. Kemudian, kakek menyuruh aku mencari di kardus baju yang ditaruh di bawah kolong tempat tidur. Nah, ketika lagi membungkuk inilah, kakek memeluk aku dari belakang. Aku spontan berteriak, meski hanya didengar oleh bising kendaraan jalan raya. Sejak itu, aku diburu rasa ketakutan.
Sikap ”genit” kakek sempat agak berkurang dari waktu ke waktu. Paling banter, sekadar memandang dengan tatapan nakal. Selain itu, setiap kali mau tidur, selalu bilang codhao sambil bilang: mou so mun di dekat telingaku. Kuabaikan saja permintaan itu, karena kedua majikanku yang tidur di lantai atas selalu berpesan untuk mengunci pintu.
Kesan di mata keluarga majikan, kakek orang yang baik. Sebab, kepadaku ia tak pernah bicara kasar, keras, apalagi membentak. Meminta tolong sesuatu ia selalu bilang: emkoi, emkoi sae, toche, toche sae. Tetapi, mana keluarganya tahu kalau sikap kakek sebenarnya untuk menutupi hidungnya yang belang.
Terus-terusan dikasih perhatian oleh kakek sungguh risih. Bagaimana tidak, ke manapun aku pergi, selalu diikuti. Aku ke dapur, ia ikutan masuk dapur dengan berbagai alasan. Entah itu mau buat kopi-lah, minum air-lah, atau alasan membantuku memasak. Ketika aku punya jatah menyapu atau mengepel, kakek juga menggunakan berbagai dalih untuk menarik simpatiku. Terkadang, ia malah yang mengambil alih tugas membersihkan rumah. Keluarga majikan senang, tetapi aku yang senep. Soalnya di antara kedekatan itu, tak jarang ia berbuat yang ”menjurus” dan cenderung tak senonoh.
Hampir satu tahun, perselisihan dengan kakek tak diketahui keluarga yang lain. Kami berdua selalu berusaha menyimpannya rapat-rapat. Sebab, aku tak ingin dipulangkan majikan gara-gara itu. Tetapi sial, pertengkaran yang tersimpan rapat itu akhirnya meledak tiga hari sebelum aku resmi di-PHK.
Malam itu, aku kecapean setelah seharian menemani nenek tamaciok di rumah temannya yang sedang berulangtahun. Ngerti sendiri tugas seorang pembantu. Diajak ke rumah temannya, kebagian membantu tuan rumah memasak dan cuci piring. Saking capeknya, sesampai di rumah aku langsung tidur, lagian juga sudah tengah malam. Tuan dan nyonya serta anaknya ada di kamar atas, yang aku sendiri tak tahu apakah mereka sudah tidur. Dari dulu, majikan memang tak mau tahu dengan urusanku di bawah. Nah, waktu itu aku lupa mengunci pintu dan menghidupkan alarm.
Pagi sekitar pukul 07.10, samar aku mendengar bisikan dan terasa ada tangan lembut menyentuh pipiku. Mulanya kuabaikan, tetapi lama-lama kesadaranku pulih. Seketika aku berteriak saking kagetnya. Benar saja, kakek berdiri di depanku dengan wajah cengengesan. Aku pun mengumpat memarahi kakek. Tak lama, seluruh anggota keluarga datang ke kamarku.
Belum sempat aku memberi penjelasan, kakek langsung bilang kalau aku marah gara-gara dibangunkan. Ya, ampun…kakek kok begitu. Kepada mereka aku cuma bilang tuemchi, karena terlambat bangun. Setelah itu aku ke kamar mandi seperti perintah majikan. Sebenarnya sih majikan tidak marah, mereka memaklumi kondisiku yang kurang tidur.
Pukul 09.30, ketika kedua majikan dan anak asuhku sudah pergi dengan aktivitasnya masing-masing, kakek ”kumat” lagi. Ke dapur, ruang tamu, kamar mandi, pokoknya ke mana aku bekerja selalu diikutinya. Hatiku sudah mulai kesel dan jengkel setengah mati. Tetapi apalah daya, melawan kakek bisa-bisa berakibat fatal. Di rumah ini dia ibarat majikan kedua. Namun, karena kakek sudah berani mendorong badanku ke ranjang – ketika aku membersihkan kamar majikan – kemarahanku tak bisa lagi dibendung.
Kudorong badan kakek sampai tersandar di meja tata rias nyonya. Saat itu…rasanya aku sudah begitu berani, tentu saja melawan kakek. Dia mukul, balik kupukul. Dia nendang kakiku, kutendang balik kakinya. Sampai kemudian, kakek mendorong tubuhku keluar dari kamar dan lantai dua itu. Sesampai di lantai bawah pun kakek bersikeras mengusirku keluar dari rumah. Pertengkaran inilah yang kemudian ditangkap nenek dan diceritakan kepada majikanku.
Malam itu, kedua majikan mempertanyakan keributan itu padaku secara langsung, di hadapan kakek dan nenek. Dengan bahasa Kanton campur Inggris, kuceritakan jujur sesuai kenyataan yang ada. Kakek berusaha membela diri, ketika kedua majikanku tampak marah-marah sama kakek. Sampai akhirnya, kakek ngambek masuk kamar dan tak jadi ikut makan bareng. Sikap kedua majikan yang tidak menelan mentah-mentah cerita kakek, wajib kusyukuri. Sesuatu yang kupikir tidak dimiliki oleh majikan lain.
Keesokan harinya, suasana kembali seperti semula, seolah tidak terjadi apa-apa. Hatiku sudah mulai lega, tidak terbelenggu oleh rasa ketakutan yang selama ini setia melingkari hari-hari. Tetapi, apa yang terjadi pada esok lusa? ”Benahi bajumu dan kita ke bandara,” perintah majikanku pada Minggu siang – liburku dua bulan dua kali. Aku masih bingung, belum paham apa maksud majikan. Mau bertanya, aku tak punya keberanian. Aku hanya menurut.
Sesampai di bandara, sesaat setelah dokumen, tiket dan pesangon serta gaji terakhir diberikan majikan, baru aku tahu: aku telah di-PHK. Karena belum ingin pulang ke tanah air, aku memutuskan meninggalkan bandara untuk kembali ke pusat kota Hong Kong, hanya selisih 30 menit dari majikan yang sengaja meninggalkan aku sendirian di bandara. Entah bagaimana caranya, aku tetap hendak merajut impian yang nyaris kandas gara-gara ulah si kakek genit itu. (Dituturkan ”M” kepada Kristina Dian S dari Apakabar)
Kalau saja aku mau melayani kemauan bapak majikan, mungkin nasibku tak sampai seperti ini. Dipaksa, difitnah, sampai akhirnya kontak kerja diputus majikan. Parahnya, majikan langsung mengantarkan aku ke bandara."
Baru setahun aku bekerja di Flat 5/ F Blok A, Homantin. Aku bekerja pada sebuah keluarga dengan lima anggota. Mereka adalah sepasang suami-istri, satu orang anak, dan orangtua majikan. Mereka sangat baik dan perhatian kepadaku, yang sebelum ini pernah bekerja di Singapura. Apalagi pada musim dingin seperti sekarang, nenek suka memanjakan aku dengan membelikan baju-baju hangat di pasar. Meski baju-baju tersebut tidak baru alias bekas pakai, dan tentu saja harganya relatif murah, aku sangat berterima kasih kepada nenek.
Ups, tentu saja tidak hanya nenek. Nyonyaku juga suka membelikan aku baju atau krim tangan, supaya tanganku tidak membengkak akibat ”serangan” musim dingin. Ya, musim dingin tahun lalu, kali pertama aku bekerja di rumah itu. Mereka tampak masih cuek terhadap kehadiranku. Berbeda dengan tahun ini, perhatian mereka jauh lebih besar. Mungkin mereka mulai merasa cocok melihat aku sudah bisa beradaptasi dengan anggota keluarga.
Anak asuhku seorang remaja pria berusia 16 tahun. Ia penurut dan tidak suka mengadu pada majikan, meskipun aku sering berbuat kesalahan. Misal, keliru menyiapkan seragam sekolah maupun telat membangunkan. Begitu juga dengan nenek, yang sehari-hari lebih banyak diisi dengan duduk di atas kursi roda. Ia tak banyak omong, bicara ala kadarnya. Mungkin karena itulah, kedua majikan menilaiku baik. Suasana kekeluargaan yang sungguh menentramkan hati.
Namun seiring guliran waktu, keharmonisan keluarga majikan yang pernah kunikmati tiba-tiba lenyap ketika masa kerjaku menginjak satu tahun. Tidak tanggung-tanggung, aku dipulangkan majikan tanpa pemberitahuan. Hal ini sama sekali di luar dugaan. Bahkan, tak pernah sekalipun terlintas dalam benak, aku bakal dideportasi majikan secara mendadak. Itu semua jika mengingat kedekatanku dengan majikan selama ini.
Toh, aku tidak bisa mengelak dari keharusan pergi meninggalkan Hong Kong, Januari 2008. Jujur, tiga hari sebelum majikan menyuruhku pulang, aku memang sempat bertengkar hebat dengan kakek. Pertengkaran itu sempat dilerai oleh nenek, yang notabene mulai berkurang pendengarannya.
Meskipun melerai, nenak sejatinya tidak tahu ada persoalan apa antara aku dengan kakek – suaminya. Sepengetahuan nenek, aku telah membantah omongan kakek, yang akhirnya menyuruhku pergi dari rumah itu. Aku tidak bisa menyalahkan nenek, kalau pada akhirnya nenek mengadukan apa yang ia lihat kepada nyonya dan tuan.
Celaka... Kakek sungguh keterlaluan telah memberikan cerita palsu. Kepada anaknya, kakek bilang aku telah melawan. Tidak mau diperintah dan suka marah-marah. Harus kuakui, saat itu aku memang melawan, membantah, dan menolak perintah kakek. Lha, bagaimana mau kuturuti? Wong, kakek menyuruhku membuka baju dan meminta dilayani layaknya pasangan suami istri.
Kakek asuhku memang sudah lanjut tua, meski aku tak tahu persis berapa umurnya. Sekalipun sudah uzur, kakek tak pernah pakai tongkat. Barangkali karena setiap pagi dan sore ia rutin pergi jogging, sehingga badannya jadi kelihatan sehat.
Gelagat kalau si kakek ada ”maksud-maksud tertentu”, sebenarnya sudah kutangkap sejak jauh-jauh hari. Kalau tak salah, menginjak bulan kedua aku bekerja di rumah itu. Masih kuingat, hari itu kakek menyuruhku mencari mokan cai di lemari bajunya. Tetapi kucari-cari di lipatan baju-bajunya, handuk kecil itu tak juga ketemu. Kemudian, kakek menyuruh aku mencari di kardus baju yang ditaruh di bawah kolong tempat tidur. Nah, ketika lagi membungkuk inilah, kakek memeluk aku dari belakang. Aku spontan berteriak, meski hanya didengar oleh bising kendaraan jalan raya. Sejak itu, aku diburu rasa ketakutan.
Sikap ”genit” kakek sempat agak berkurang dari waktu ke waktu. Paling banter, sekadar memandang dengan tatapan nakal. Selain itu, setiap kali mau tidur, selalu bilang codhao sambil bilang: mou so mun di dekat telingaku. Kuabaikan saja permintaan itu, karena kedua majikanku yang tidur di lantai atas selalu berpesan untuk mengunci pintu.
Kesan di mata keluarga majikan, kakek orang yang baik. Sebab, kepadaku ia tak pernah bicara kasar, keras, apalagi membentak. Meminta tolong sesuatu ia selalu bilang: emkoi, emkoi sae, toche, toche sae. Tetapi, mana keluarganya tahu kalau sikap kakek sebenarnya untuk menutupi hidungnya yang belang.
Terus-terusan dikasih perhatian oleh kakek sungguh risih. Bagaimana tidak, ke manapun aku pergi, selalu diikuti. Aku ke dapur, ia ikutan masuk dapur dengan berbagai alasan. Entah itu mau buat kopi-lah, minum air-lah, atau alasan membantuku memasak. Ketika aku punya jatah menyapu atau mengepel, kakek juga menggunakan berbagai dalih untuk menarik simpatiku. Terkadang, ia malah yang mengambil alih tugas membersihkan rumah. Keluarga majikan senang, tetapi aku yang senep. Soalnya di antara kedekatan itu, tak jarang ia berbuat yang ”menjurus” dan cenderung tak senonoh.
Hampir satu tahun, perselisihan dengan kakek tak diketahui keluarga yang lain. Kami berdua selalu berusaha menyimpannya rapat-rapat. Sebab, aku tak ingin dipulangkan majikan gara-gara itu. Tetapi sial, pertengkaran yang tersimpan rapat itu akhirnya meledak tiga hari sebelum aku resmi di-PHK.
Malam itu, aku kecapean setelah seharian menemani nenek tamaciok di rumah temannya yang sedang berulangtahun. Ngerti sendiri tugas seorang pembantu. Diajak ke rumah temannya, kebagian membantu tuan rumah memasak dan cuci piring. Saking capeknya, sesampai di rumah aku langsung tidur, lagian juga sudah tengah malam. Tuan dan nyonya serta anaknya ada di kamar atas, yang aku sendiri tak tahu apakah mereka sudah tidur. Dari dulu, majikan memang tak mau tahu dengan urusanku di bawah. Nah, waktu itu aku lupa mengunci pintu dan menghidupkan alarm.
Pagi sekitar pukul 07.10, samar aku mendengar bisikan dan terasa ada tangan lembut menyentuh pipiku. Mulanya kuabaikan, tetapi lama-lama kesadaranku pulih. Seketika aku berteriak saking kagetnya. Benar saja, kakek berdiri di depanku dengan wajah cengengesan. Aku pun mengumpat memarahi kakek. Tak lama, seluruh anggota keluarga datang ke kamarku.
Belum sempat aku memberi penjelasan, kakek langsung bilang kalau aku marah gara-gara dibangunkan. Ya, ampun…kakek kok begitu. Kepada mereka aku cuma bilang tuemchi, karena terlambat bangun. Setelah itu aku ke kamar mandi seperti perintah majikan. Sebenarnya sih majikan tidak marah, mereka memaklumi kondisiku yang kurang tidur.
Pukul 09.30, ketika kedua majikan dan anak asuhku sudah pergi dengan aktivitasnya masing-masing, kakek ”kumat” lagi. Ke dapur, ruang tamu, kamar mandi, pokoknya ke mana aku bekerja selalu diikutinya. Hatiku sudah mulai kesel dan jengkel setengah mati. Tetapi apalah daya, melawan kakek bisa-bisa berakibat fatal. Di rumah ini dia ibarat majikan kedua. Namun, karena kakek sudah berani mendorong badanku ke ranjang – ketika aku membersihkan kamar majikan – kemarahanku tak bisa lagi dibendung.
Kudorong badan kakek sampai tersandar di meja tata rias nyonya. Saat itu…rasanya aku sudah begitu berani, tentu saja melawan kakek. Dia mukul, balik kupukul. Dia nendang kakiku, kutendang balik kakinya. Sampai kemudian, kakek mendorong tubuhku keluar dari kamar dan lantai dua itu. Sesampai di lantai bawah pun kakek bersikeras mengusirku keluar dari rumah. Pertengkaran inilah yang kemudian ditangkap nenek dan diceritakan kepada majikanku.
Malam itu, kedua majikan mempertanyakan keributan itu padaku secara langsung, di hadapan kakek dan nenek. Dengan bahasa Kanton campur Inggris, kuceritakan jujur sesuai kenyataan yang ada. Kakek berusaha membela diri, ketika kedua majikanku tampak marah-marah sama kakek. Sampai akhirnya, kakek ngambek masuk kamar dan tak jadi ikut makan bareng. Sikap kedua majikan yang tidak menelan mentah-mentah cerita kakek, wajib kusyukuri. Sesuatu yang kupikir tidak dimiliki oleh majikan lain.
Keesokan harinya, suasana kembali seperti semula, seolah tidak terjadi apa-apa. Hatiku sudah mulai lega, tidak terbelenggu oleh rasa ketakutan yang selama ini setia melingkari hari-hari. Tetapi, apa yang terjadi pada esok lusa? ”Benahi bajumu dan kita ke bandara,” perintah majikanku pada Minggu siang – liburku dua bulan dua kali. Aku masih bingung, belum paham apa maksud majikan. Mau bertanya, aku tak punya keberanian. Aku hanya menurut.
Sesampai di bandara, sesaat setelah dokumen, tiket dan pesangon serta gaji terakhir diberikan majikan, baru aku tahu: aku telah di-PHK. Karena belum ingin pulang ke tanah air, aku memutuskan meninggalkan bandara untuk kembali ke pusat kota Hong Kong, hanya selisih 30 menit dari majikan yang sengaja meninggalkan aku sendirian di bandara. Entah bagaimana caranya, aku tetap hendak merajut impian yang nyaris kandas gara-gara ulah si kakek genit itu. (Dituturkan ”M” kepada Kristina Dian S dari Apakabar)
Said
wuhh.. ngeri juga si klo berhadapan sama kakek gatel macam gitu.. apalagi di negeri orang..
fyuuh.. prihatin juga si.. tapi tindakan "M" udah bener kok.. mempertahankan kehormatan!! yeaahhh!!!
"it's better thousand times to die with glory than life without honor "
fyuhh.. klo presiden kita kek UMAR ra.. pasti hongkong udah diserbu, diacak2 karena sudah menghinakan seorang wanita yang ada dibawah perlindungannya..
Said
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.Said
Weleh weleh..kok ada kakek model begitu ya? Gila banget, jangan2 ada gejala sakit jiwa nafsu kali..
Said
Replay
@abimanyu and tony: apa semua kakek kakek kayak gitu yach??he..he..
Said
dasar kakek2 bejat! sebel aku dah tua bukannya tobat malah makin jadi!
Said
miris membacanya.. ternyata begitu banyak dan begitu berat persoalan yg harus dihadapi saudara2 kita di luar sana..
syukur Mba M masih bisa mempertahankan apa yg selama ini dijaganya.. syukur juga karena majikan beliau tidak emosional dan tidak langsung menyalahkan Mba M karena dalam berbagai kasus pembantu seolah2 tidak punya hak untuk membela diri.. ya meskipun akhirnya di-PHK mungkin itu lebih baik daripada terus2an berada di sana di bawah bayang2 si kakek..
semoga Mba M bisa merajut kembali impiannya dan menemukan keluarga yg lebih baik.. dan, semoga si kakek diberi kesadaran dan segera bertobat..
Said
btw ada beberapa kosata kata yg tidak dimengerti seperti : "mou so mun", "emkoi", "toche".. mungkin bisa minta tolong diterjemahin :)
Said
Replay;
mamarafi@ sabar..jangan emosi ya mam?
=======================
wa@yu@ begitulah kehidupan perempuan warg akita yg kerja sebagai pembantu. menyedihkan sekali khan?
=======================
Mou so mun artinya Jangan kunci pintu. emkoi artinya terima kasih karena memberikan tanda jasa. toche: atinya terima kasih juga atas suatu pemberian
=======================
Said
.. dengan kesabaran kita tetap tegar apa yg menjadi ujian bagi kita..Pasti ada hikmah di balik itu... keep spirit.. Laa Tahzan..
Said
Perih baca ceritanya ... yach bersabar aja ... si kakek pasti baru turun dari kuil shaolin tuh ...lama gak liat cewek ..
Said
menurutku sih yah mendingan dia gak kerja si situ lagi...itu lebih baik..daripada tinggal dirumah itu tapi hati gak tenang..Majikan mem PHK dia kan bukan berarti dia memihak ke "ayahnya"...mungkin itu jalan yang terbaik, kalo dia tetep dipertahankan dirumah itu terus..trus kalo terjadi apa2 malah berabe kan...hehehe...
Said
replay
@abiyasa:mantap!
========
@bang andi:ha..ha...iya kali
========
@bintang:betul jug atuh mbak. di phk berarti gak harus disesali khan?
========
Said
wah mau keluarganya ngebela tu kakek ya tetep aja ga bener tu kakek yg bau tanah bisa aja usil ma perempuan lain.
Said
ya ampyuuu..uun !! dah bau tanah koq sempet2nya ya bikin kelakuan gak senonoh, tolong itu manula dinasehatin kalo perlu ama ahli agama !!
Said
Kasihan ya nasib saudara2 kita yang terpaksa bekerja di sana dan mengalami hal seperti itu, sementara kebenaran tak dapat diungkapkan. Tapi bersyukur belum terjadi apa2 antara si kakek dan M ya. Allah masih melindunginya.
Said
hidup ini adalah cobaan dan ujian, semoga saja mbak yang cerita itu mendapat sesuatu yang jauh lebih baik..
Said
Kakek bejat gitu sih bukan cuman pantes ditendang lagi..sikat aja..hihi abis kesel..
kayaknya lain kali musti direkam biar ada bukti..pake walkman apa apa gitu..
mudah2an mbaknya cepet dapet kerja lagi..& majikan yang lebih baik..
Said
Replay:
@bilah9: iya juga sih.
======================
@nina: gak yakin ia punya agama
======================
@ani: karena ia keburu dideportasi. kalo ndak bisa bisa terjadi hal2 yg gak diinginkan
========================
@whyu:amiem.
=======================
@yolla elwyn:sadis juga dirimu ya yol?ha..ha...
Said
dah bau tanah bukannya toubat, eh malah bikin dosa !!! tua2 keladi...
yg sabar yach mba..
Said
He...h..Aku menghela nafas ketika selesai baca postingan ini. Dasar kakek peyot, untung aja gak di sini, tak bikin gak punya kemaluan dia.
Tenang Qie... bukan mbak Kristina kok!! Minum dulu gih.
Said
emang tragis banget ya ..
tp itulah resiko kerjaan...
mudah2an dia bisa dpt tempat kerjaan yg lbh baik ya ..
Said
Sungguh tragis memang nasib menjadi pembantu, serba salah.. apalagi di Rantau Orang..Sampai kapankah nasib masyarakat kita tidak "terjajah" ? Mbak Kristina, sampaikan salam simpatiku kepada Saudara kita yang lagi ditimpa musibah itu, semoga ia tabah..
Said
Ih serem ceritanya. Susah memang jika jd pembatu perlindungannya sangat lemah.
Said
Replay:
======
@lifebyyourhand:memaki si tua nih?
===============
@pudi-interisti:jgn buat Qi bersemu merah dong..he.he...
===============
@amalia hazen:kasihan banget bun.
===============
@Edi J.Harjo:insya allah..nanti saya sampaikan.
================
@ ysugiri:boleh tepat diseut gak ada perlindungan
================
Said
wah memang kalau laki-laki sampai umur berapa masih mempunyai hasrat untuk berhubungan intim, berbeda dengan wanita. yah kalau itu mah kurang ajar namanya. apakah sudah dibela tuh dinda? perjuangkan hak asasi TKi kita biar ga terus tertindas.
Said
Kok kakek disana...kakek disini jg banyak yg seperti itu..kakek2 gatel,berhidung lorek,bermata keranjang....mamperkosa cucunya sendiri. kakek masuk puber ke berapa tuh....udah tau jadi kakek masih petakilan....
SImpati buat buat temnnya itu ya..sabar aja,suatu saat keadilan berpihak pada yg benar...
Said
Hal yang paling menarik dari cerita ini adalah bagaimana perjuangan untuk mencari penghidupan yang lebih baik memerlukan usaha dan hambatan yang sangat keras!
Semoga apa yang dicita-citakan tercapai!
Said
Replay:
=======
kesehatan gigi:o..gitu ya laki laki. daya seksualnya tinggi banget.amit amit...perjuangan?gak usah khawatir..
===============================
indah:ha..ha...masa sih mbak?berarti dah pernah diusilin kakek hidung lorek dong?
==============================
rizky eka putra:tepat sekali!merdeka!
=============================
Said
Persoalan klasik yang menimpa TKI adalah 2 yaitu tindak kekerasan atau pelecehan seksual.
yang selalu menjadi korban adalah TKI itu sendiri.
Mungkin kalo kejadian tsb ada di Indonesia, aku akan memberikan advokasi untuk mereka.
Said
lebih baik begitu.. dari pada berkumpul dgn orang yg amoral..
yg terpenting lagi untuk saudari ini.. di bantu untuk mendapatkan pekerjaan lagi..
Said
ngeri !
OOT : love to hear the voice of Mariah Carey here :)
Said
Replay
=====
@dmruli:advokasi isa juga diberi sebelum merek adiberankatkan juga bisa khan?tinggal menghubungi fihak yg memberangkatkan or menghubungi dinaskerstran.
=========================
@nyahoo: sekarang ia dah dapat bos baru sih katanya.
=========================
elyswelt:@begitulah. ngeri!
=========================
Said
kasihan amat mbak M. salut mampu mempertahankan harga diri. harus disyukuri apabila majikan mem mehaka. semoga mendapat majikan lebih baik
Said
Memang tak mudah hidup di rantau. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua...
Said
kakek kurang ajar. perlu dihajar..sudah mencemarkan nama baik para lelaki tua seperti saya ini. ha..ha...
Said
Kakek kakek didinding.*halah gak nyambung*
Said
Wach... berabe... gimana mau kerja di HK kalau semuanya begitu.
Kagak ada yang berani.
Bantai aja tuh.. kakek, biar tidak senonoh....
Said
hmm...kisah yg menyedihkan..tapi km hebat sob...selamat berjuang...moga sgala citamu tercapai...banyak jalan menuju impian...
Said
Sabar.. Sabar..
Said
Replay:
=======
@cewekkesepian: terima kasih doanya buat saudari kita M.
============================
@mbah_im:begitulah. terlalu banyak mengandung resiko
============================
@louisemetro:walah sampean ki mbak, mau nyindir para lelaki tua yach?he..he..
============================
@rezki:gak nyambung ya disambung sambungin aja.tapi nyambung kok
============================
@blitar:siapa yg gak berani?presentasi migrasi malah tetep ningkat tuh. artinya gak semua migrasi mengalami nasib yg kurang beruntung. gichu..
============================
@imam_pamungkaz:terima ksih mas.moga tercapai segala cita
============================
Said
ya ampuuuunnn...
bener2 tua2 keladi n gak tau diri tuh kakek, dah gitu maen pukul n tendang segala lgi..
buat M yang sabar ya..berdoalah minta petunjuk dari Allah karna Allah Akan selalu mendengar doa orang2 yg teraniaya...Amin..
Said
Pernah makan martabak ? Dagingnya diapakan ? Dicacah kan ? Nah si kakek layak jadi martabak..... OK?
Said
Miris sekali membaca cerita ini. Padahal sudah seringkali berita yg memuat para TKW diperlakukan secara tidak senonoh, bahkan tidak sedikit yg pulang tengah berbadan dua. Moga2 pemerintah kita bisa bertindak tegas terhadap tindakan se-wenang2 kepada para pahlawan devisa kita
Said
Replay:
dj2punk:ya emang harus sabar. btw kok aku gak isa kunjungan balik ya?
==================================
@eiven gusky:iya tuh mas.jahat banget.
==================================
@tjitra:he..he..tapi badanya gak punya daging tuh. gimana hayo?
=================================
@eucalyptus:harapan kita juga jug agitu yuk. tapi kita tahulah gimana wajah pemerintahan kita. iya khan?
=================================
Said
semoga yang mengalami hal ini diberikan ketabahan. Sungguh keterlaluan kakek itu. Saya juga kesal jika saya jadi perempuannya. hiks hiks hiks (lho??)
Said
permintaan special, gimana kabar M Sekarang?
Said
Replay
=======
@antown:untung jadi laki laki ya?kalo dah tua jangan kayak kakek itu lho yach?he..he...
===============================
@abiaz:khabar terakhir aku terima waktu ia sidang nuntut majikan di labour departemen, soal hak terakhir yg lom sepenuhnya di terima
==============================
Said
ya Allah, lindungilah para pejuang pahlawan devisa di negeri orang....amin....
Said
keren posting nya...
menggugah...
semakin berat pengalaman nya semakin berat juga pelajaran yang di dapat.
selama banyak orang2 baik tentu juga banyak orang2 jahat, tindakan keji di mana2 pasti ada, semoga kita tidak termasuk di dalam nya...
Amin...
Said
amien, ya robbal alamin..
Said
aku jarang nagis, tp aku nangis baca postingan kamu..berikan simpatiku kpd M ya!
Said
yaampun... speechless degh...
dunia dah mo kiamat kali yaah...
Said
Bilangin untuk saoudara2 kita yang lagi merantau di negeri Orang...?
Dasar tu tua2 keladi makin tua makin jadi?????
mbak gadiS rAntau kok gitu shi ama aQ bilang dunk kalo benci N gak suka ama aQ...... gak usah kayak gitu Caranya pake ngangguh tidur orang segala... (Bicaranya sambil marah, Coz I hate monday) :)
Said
Replay:
=======
@astrid savitri:hiks, cenggeng juga kayak aku ya?
=============================
@ichaawe:iya nih kayaknya
=============================
@rizky:jika kelak dirimyu tua, jgan kayak kakek itu yach?ntar isa gak selamat hidup diatas sumpah serapah orang banyak.
========================
Said
Kakek-kakek uedan.
Kok impian orang yang mengkais sedikit rejeki dihancurkan.
Mudah2 an si cewek itu dapat majikan baru yg baik dan nasibnya berubah.
Kakek mestinya jualan obat kuat di jalan kwk...kwak
Said
dasar lo. masak nyuruh kakek2 jualan obat di kaki lima. dimanakah rasa kasih sayangmu?huahaa..ha..tambah katrok!
Said
udah tua ha nyadar buat banyak amal, bykan banyak dosa.
Said
kakek biadab tuh, kasih makan racun aja!
Said
replay
======
@noki_afandi:dia lom sadar kalo mau mati sih?he..he..
===============================
@christy hann-trefzger:maunya gitu non.tapi kemarin gak nemu racun,he..he..
===============================
Said
hai mbak, salam kenal. sy suka nie baca cerita2 mba dr sana... tetep updated yah :)
Said
Fuih... ta kirain pengalaman pribadi, sukurlah. Tapi kasian juga ya nasib si "M" semoga punya gawe lagi.
Said
Replay:
=======
@dee:iya. paling lama seminggu updatenya. thanks dah mampir ya?
===============================
@fiz jombang:M kayaknya dah punya gawe. makasih dah mampir ya?
===============================
Said
mendin langsung di dpeor say... kalo a malah lebih parah ntar bisa lebih gila tu kakek...
Said
yah yang sabar saja. lahir saja sudah menantang resiko , hidup itu juga menantang resiko , asal jangan putus asa , karena putus asa itu dosa dan di laknat Allah. Kembali pada fitrah manusia. masing - masing punya jalan cerita sendiri . Yang lain saya anjurkan untuk membaca ini sebagai pelajaran di kemudian hari rediys blog
Said
Replay:
=====
@sanbi-cell:kok lebih parah?
============================
@advertising of the worl:betul sekali. makasih komen nya ya?
===========================
Said
perjuangan pahlawan devisa bagi negara ini tidak setimpal dengan namanya...hanya untuk menyambung hidup terkadang mereka tidak mendapat perlakuan yang sewajarnya seperti ini...saya rekomendasikan blok teman saya di http://pondok-openg.blogspot.com/. dia berkerja di konjen indonesia di kucing...diblognya ia ceritakan bagaimana kisah2 para pahlawan devisa di negeri jiran ...
Said
bagus juga tu, man. harapankupun demikian, semakin banyak yg baca kisah mereka yg tertindas akan baik jadinya...
Said
lebih abik dideportasi daripada nanti digauli dengan kakek-kakek ga waras.....buat mbak dengan inisial "M", kl masih bisa mengadu nasib di negeri sendiri, lebih baik di indonesia karena sekejam-kejamnya ibu pertiwi..masih lebih kejam ibu pertiwinya negara lain
Said
kata dia sih, kalo untuk pendapatan di negeri sendiri masih jauh dari harapan
Said
WAH KAKEK JAMAN SEKARANG EMANG BANYAK TINGKAH.
Said
waduh enggak deh... takut bener...
Said
itulah ujian paling berat bagi tkw kita,.... namiun gak semua gitu kok
Said
kurang ajar amat ya tuh orang, tapi selama kita kuat iman, gak bakal sampe kejadian deh...
Said
Syukur mbak M masih dilindungi Tuhan dan putusan majikan mengeluarkan mbak M berarti menjauhkan mbak M dari kemungkinan diperkosa kakek bejat itu. Mbak M telah melakukan tindakan yang tepat sekali untuk melawan waktu mau diperkosa. Semoga mbak M cepat dapat kerja lagi di Hong Kong.