PUTUS CINTA TAK MENGAPA

Adakalanya, aku membutuhkan waktu untuk menyendiri, terlebih jiika ada problem.Tetapi aku menyadari, beberapa hari hiatus, tetap saja tak bisa meninggalkan kegiatan blogging. Inilah yng kemudian menjadi pokok persoalan putusnya hubunganku dengan pacar.
Ia kakak kelasku yang sudah cukup lama kukenal. Antara orang tua sudah sama sama tahu. Begitu juga dengan teman teman dekat. Tetapi selama dan sejauh itu, aku TAK PERNAH menunjukan sikap ramah terhadapnya. Sulit bilang cinta, sulit bilang sayang, uhg apalagi bilang kangen.
Perubahan sikapku ini, terjadi sekitar setahun lalu. Saat itu ia memintaku pulang dan menikah. Tetapi kutolak karena tugas lom kelar terseleseikan. Atas penolakan itu, ia mengancam akan menikah dengan perempuan lain. Saat itu aku baru menyadari arti sebuah kehilangan. Pada ayah bunda kuceritakan derita batinku itu, berharap ada kekuatan yang bakal kudapat. Karena hanya orang tualah sumber kekuatan. Ibuku menangis, begitu juga ayah. Bukan karena sikap pacarku itu, tapi mereka takut aku mengambil jalan pintas. Bertepatan pula, pada saat itu aku mengalami musibah di Hong Kong. Apapun alasanya, kami sekeluarga merelakan dan menghargai pilihan pacarku.

Ketika kami sekeluarga sudah bisa melupakan hal itu, pemuda ini datang dan meminta maaf. Konon, menikah dengan orang lain cuma sekedar ancaman agar aku kembali ketanah air. Faktanya, beberapa bulan memang tak ada khabar ia menikah, kami sekelurgapun menerimanya kembali. Kata ayah bundaku, karena masyarakat terlanjur tahu. Pun kami berdua belum terikat apapun juga. Tetapi sejak itu sikapku semakin TAK BISA diajak kompromi. TAK bisa baikan sama sekali. Mengingat tak ingin mengecewakan keluarga besar, aku mencoba menutupi serapat rapatnya, seolah kami masih pacaran.

Puncak dari hilangnya rasa simpatiku terhadapnya, terjadi pada mei kemarin,ketika aku pulang indo. Sikap cemburunya yang keterlaluan sungguh tak bisa kumaafkan lagi. Aku tak habis mengerti, kemanapun aku pergi ia ingin mendampingi yang katanya takut aku digaet orang. Sampai urusan kerjaan, kopdaran ma teman teman kubatalkan seketika. sebenarnya, bisa saja aku mengajaknya serta, karna ia bukan cowok yang memalukan jika “dipamerkan”. Atletis, cakep secara fisik(sayangnya tak cakep hati). Tetapi karena aku pernah mengajaknya bertemu dengan redaktur Majalah Liberty dan berakhir dengan tuduhan tanpa bukti sepulang dari pertemuan itu, aku tobat mengajaknya bertemu dengan siapapun juga.

Terakhir, dalam minggu minggu ini, aku merasa terteror oleh sikapnya yang semakin tak bisa difahami. Telepon dan SMS nya datang bertubi tubi sekedar mempertanyakan : DIAN PILIH NGEBLOG ATAU PILIH AKU? “ sejatinya, saat itu juga aku sudah bisa menjawab, tetapi aku takut salah pilih. Di sisi lain takut mengecewakan keluarga, disisi lain tak ingin kehilangan duniaku, plus letih memahaminya. Tetapi aku tahu, menghadapi masalah tak harus dibiarkan berlarut larut alias harus segera mengambil tindakan. Dan inilah keputusanku: memilih hiatus mengenal cowok daripada hiatus ngeblog atau berhenti dari jurnalis.

117 komentar di "PUTUS CINTA TAK MENGAPA"

Posting Komentar