PERNIKAHAN SEJENIS

Berbagai organisasi dalam kalangan buruh migran diHong Kong, bak jamur dimusim hujan. Namun seiring dengan itu, hubungan sesama jenispun semakin marak. Kenapa dan bagaimana pandangan masyarakat seputar hubungan sesama jenis ini?
Berikut laporan Kristina Dian Safitry, koresponden Indonesian Helper yang ada di Hongkong.
Minggu, di toko Indonesia’’Karunia” yang lerletak ditengah pasar Fusing kai, Taipo-NT, nampak lebih ramai dari biasanya. Toko yang juga menyediakan tempat chating, hari itu didekor dengan sedemikian indahnya. Kertas warna-warni bergelantungan gemulai ditiup angin. Balon-balon dengan berbagai warna turut pula menghiasi ruang yang tak begitu luas itu. Tulisan Mohon Do’a restu juga melekat didinding itu. Musik jawa dari soundsistem terus bersanandung menyambut para undangan yang datang berpasang-pasangan, antara kalangan bmi berpenampilan tomboy dan gadis-gadis berpenampilan feminim. Di depan pintu, sekelompok panitia ‘’pernikahan’’ nampak di sibukkan oleh tugas masing-masing. Ada yang mendaftar tamu, menyambut tamu, dan ada juga yang menyusun kado di meja kayu persegi 4 itu. Sangat unik, melihat dandanan para panitia yang berjumblah tak lebih dari 10 orang. Gadis feminis tampil cukup seksi. Sementara yang tomboy,berpenampilan bak lelaki sejati. Cara jalan di buat segagah mungkin, di padu dengan pakain pria. Di atas bibir, digoreskan beberapa garis hitam dari alat kecantikan menyerupai kumis.

Pernikahan sesama jenis
Beberapa meja memanjang diruang dalam, terisi para undangan yang dihubungi via sms, secara lisan dan tertulis. Di atas meja, kue, makanan ringan serta beberapa kaleng minuman ringan maupun beralkohol menghias di sana.
Di kursi panjang seperti pelaminan,tak seberapa jauh dari undangan, duduk seorang gadis cantik dengan dandanan adat jawa. Wanita berusia 23 tahun itu duduk manis dengan begitu lugunya. Sesekali tersenyum pada undangan semua. Sorot mata bahagia merona diantara wajah keibuannya.
Sementara, tomboy yang berada di sampingnya, mengenakan jas berwarna hitam. Meskipun wanita asal banyuwangi ini sudah bersuami dan mempunyai anak. Namun dengan pakaian yang demikian, ketampanan dan kegagahannya, tak ubahnya seperti seorang pria saja. “Kelaminku boleh berjenis perempuan, tapi fisik dan perasaanku seperti seorang lelaki’’ujarnya sambil tersenyum lembut pada ‘’istrinya’’.

Pukul 11 siang, music di matikan, ketua panitia mengkordinir anak buahnya guna memulai acara.
Menurut An dan Koko(begitu sepasang pengantin biasa dipanggil), peresmian hubungan itu di yakini sebagai suatu pernikahan yang sakral. “menurut saya, hubungan sesama jenis akan lebih resmi jika di adakan acara seperti ini’’ujar koko yang sudah berputri satu ini. Dalam acara tersebut, juga ada proses sembah sujud pada wali pernikahan yang di tunjuk. Walinyapun hanya sesama teman yang saling peduli. Bahkan, di acara sembah sujud yang mirip dengan pernikahan beneran ini, kedua mempelai sempat menitikkan air mata.’’Saya sedih dengan keadaan diri saya yang seperti ini. Namun bagaimana lagi, perasaan saya sangat tulus mencintai
pasangan saya’’ujarnya seusai acara sembah sujud.

Dalam kesempatan itu, Indohelper yang mendapat undangan resmi, berhasil bincang dengan seluruh undangan yang lain. Dan dari keterangan mereka, bukan hanya pasangan An dan Koko saja yang berhasil menuju pelaminan. “Di tempat saya, juga banyak yang melakukan hal serupa”ujar Rere, bmi yang bekerja di Yuenlong.
Apa yang di sampaikan kalangan BMI dalam pernikahan yang terjadi di toko indonesia milik Mbak Ni ini, memang ada benarnya. Terbukti, tidak berselang lama, di toko Abadi daerah NT juga terjadi hal serupa.
Kali ini malah lebih ramai dan meriah. Terbukti para undangan yang datang di perkirakan lebih dari 200an, apiknya cara mendekor ruangan, rapinya panitia menyusun acara dan terlengkapnya menu makanan dan minuman.

Suara canda tawa nampak memenuhi ruangan. Asap asap rokok menjadikan pedas di mata. selain ber pakain nyentrik, para tomboy dan feminis hanyut dalam alunan musik sambil menanti acara di mulai. Beberapa pasangan yang turun melantai nampak gurat-gurat bahagia di wajah mereka. Sesekali berpelukan sambil memberi ciuman seperti halnya kedua mempelai yang sedang duduk di pelaminan.

Menurut Mrs. Lee, pemilik toko Abadi, apa yang dilakukan BMI di pandang sebagai ikatan main-mainan saja. Seperti orang pacaran, maka hari itu adalah hari jadian.”Saya rasa itu bukan pernikahan. Sebab kita tahu, yang namanya menikah pasti ada surat nikahnya. Yang saya lihat ini, tidak begitu. Mereka melakukan itu sebatas agar di ketahui oleh teman-temannya yang lain. Tanpa ada suratnya. Lagian di negara kami (Hongkong) tidak mengizinkan hal itu”ujar laki-laki pemilik toko yang baru berdiri sekitar satu tahun setengah ini. Masih menurutnya, keuntungan toko akan lebih besar jika ada acara-acara serupa, sehingga fihaknya tidak keberatan menjadi fasilitator bagi kalangan BMI yang ingin mengadakan acara. ‘’Apapun acaranya kami siap memberi tempat’’katanya sambil tersenyum ramah pada indohelper.

Kejadian langka
Menurut yang disampaikan Vero, ketua komunitas tomboy di daerah taipo yang menjadi wali dan MC, dalam acara pernikahan An dan Koko, mengungkapkan bahwa kenyataan yang demikian memang benar-benar ada dan sangat mengharukan. Di anggap sebagai peristiwa langka, Karena berani melangkah dan menunjukkan pada dunia tentang hubungan tersebut. Sebab bisa saja apa yang mereka lakukan syarat dengan resiko yang antara lain di jauhi dan di kucilkan masyarakat banyak serta pergolakan batin. Padahal apa yang mereka rasakan adalah cinta dan kebahagiaan sejati yang tanpa rekayasa. Di akuinya pula, bahwa sebagian teman-temannya yang lesbian sangat banyak sekali yang sampai rela mengorbankan keluarga. Padahal tidak sedikit yang justru merasakan penderitaan yang tak berkesudahan setelah terjerat kehidupan sesama. “Gak jauh beda dengan pernikahan lawan jenis. Hidup berpasangan dengan sesama jenispun rentan mengalami keretakan atau mengikari janji sehidup semati. Tergantung bagaimana pasangan dapat menjaga ikatan itu’’ujar gadis yang sedang belajar ilmu bela diri ini. Vero mengatakan demikian, karena banyak pasangan lesbi lain yang sering curhat, shering bahkan menginginkan dirinya sebagai wali dalam pernikahan. Bahkan sudah seringkali dirinya dipercaya sebagi kordinator acara jadiannya lesbian. “Namun tidak semua pasangan, saya kabulkan permintaanya itu. Sebab sebagai wali sekaligus penghulu, saya merasa turut bertanggung jawab atas ketidak harmonisan mereka’’kata gadis yang kini aktif belajar Tae Kwon Do. Di singgung soal surat menikah, BMI ini hanya berujar jika peresmian hubungan sesama jenis, biasanya tidak di dukung oleh surat nikah, selain hanya surat perjanjian-perjanjian tertulis diatas materai di antara keduanya. ‘’Saya rasa, tidak ada orang atau instansi yang bisa mengeluarkan surat nikah pernikahan antar sesama jenis’’terangnya.

Lalu bagaimana soal biaya pernikahan? Meskipun tidak ada urusan administrasi atau surat nikah, biaya yang di keluarkan sebenarnya cukup banyak. Di mulai dari persiapan seperti biaya mencetak undangan, biaya pulsa guna undangan yang hubungi lewat sms, ongkos biaya salon, dekor ruangan dan biaya makan minum para undangan, serta biaya menyewa handycam. “Tapi bagi teman-teman, biaya berapapun akan di keluarkan asalkan dapat meresmikan hubungan. Dan untungnya lagi, toko indonesia yang memfasilitatori acara teman-teman, tidak meminta bayaran. Mungkin karena pemasukan dari makanan dan menyewakan karaoke, juga mendatangkan keuntungan’’ujarnya. Di singgung soal kencan beberapa pasang teman-temannya yang lesbi, wanita ini hanya tersenyum. “Wah, kalau itu sudah jadi rahasia mereka sebagai suami istri’’ katanya sambil tertawa dan menutup bincang dengan indohelper.(KDS)

Tomboy

Agaknya, keadaan yang menimpa kalangan BMI yang berada di Hongkong, tak dapat di tutup begitu saja. Mereka benar-benar ada di antara 97.000 pekerja indonesia. Menurut yang di sampaikan sekelompok tomboy di daerah Taipo Ini, bibit-bibit itu mulai terasa sejak mengikuti training di BLKLN(Balai Latihan Kerja Luar Negeri). Selain karena prosesnya yang tergolong agak lama, peraturan harus potong rambut pendek, makan, mandi dan tidur berasama inilah pemicu terjadinya hal itu. Di tambah lagi, setelah berada di negara tujuan(Hong kong), ruang gerak semakin luas dan bebas, sehingga kalangan penganut lesbi ini mendapat ruang guna mengekspresikan diri.

Tomboy, seseorang berjenis kelamin perempuan yang ber penampilan layaknya laki-laki. Khusus yang berada di hongkong, kebanyakan berpotongan rambut cepak atau mengikuti potongan rambut yang lagi trendy. Banyak juga yang di semir. Pakaian yang di kenakan tomboy yang berada di hongkong ini, cukup keren dan tergolong berkelas. Model hp juga tak mau ketinggalan zaman. Bahkan, urusan mengisi liburanpun, boleh di katakan cukup pandai memilih tempat. Walupun Cuma kongkow dengan teman-teman nya. Dalam pandangan BMI lainnya, perkumpulan dari sekelompok tomboy di anggap sebagai komunitas yang pasti memiliki ketua. Dan biasanya lagi, dalam komunitas seperti itu, memang ada yang lebih di tuakan, yang kemudian di anggap sebagai ketua.
Kriteria ketua tidak memandang soal usia. Melainkan orang yang mengerti , memahami dan terbuka dengan kelompoknya serta berani membela kawan-kawannya. Kenapa harus berani? Hal ini karena para tomboy rentan menghadapi masalah, terutama dengan pasangan. Baik itu Cuma di poroti uangnya, di tinggal selingkuh atau di tipu mentah-mentah. Yang biasanya penipuan soal keuangan. Untungnya, para tomboy yang sebenarnya belum terkordinir dengan benar itu, menyelesaikan masalah, jarang ada yang melibatkan anggota yang lain, yang bisa saja terjadi perkelahian antar gank.

Para tomboy kebanyakan memiliki pasangan. Dan pasangan dari tomboy yang memiliki selera tinggi, di pilihnya gadis-gadis feminis, lugu, cantik, polos dan berusia belia . Gadis-gadis seperti inilah, yang tak jarang rela berkorban apa saja demi ‘’prianya’’. Terang saja, tomboy yang suka gonta-ganti pasangan, akan memanfaatkan kesempatan mengenal gadis polos lugu yang mayoritas belum pernah pacaran dengan lawan jenisnya.
Fakta sosial soal lesbian bukan saja menimpa remaja ingusan, para pekerja yang sudah berumah tanggapun banyak yang menghadapi masalah yang satu ini, sampai memilih menceraikan suaminya yang berada di tanah air. “saya juga tidak tahu, kenapa nasib saya jadi seperti ini’’kata wanita berusia 30 tahun yang barusaja cerai dari suami gara-gara memilih sehidup semati dengan gadis yang di kenalnya sejak di penampungan.

Berbicara kehidupan para tomboy beserta komunitasnya, kebanyakan bekerja sebagai perawat orang tua. Sangking banyaknya kelompok ini, beberapa kalangan BMI tomboy yang hari itu di temui di victory, rata-rata menentang jika tomboy di anggap lesbi. “saya tidak setuju jika kalangan tomboy di anggap semuanya lesbi”ujar Hari, pekerja di Tai Wai ini. Alasannya adanya tomboy biasanya faktor keadaan. Semisal soal potongan rambut. Hal ini terkadang karena permintaan dari majikan, di mana pekerjanya di larang berambut panjang. Lalu, soal penampilan, karena mengikuti gaya penampilan masyarakat hongkong. Di dukung lagi, dengan gaji yang di terimanya perbulan, sehingga memudahkan untuk membeli pakaian bermerk dan bermodel apa saja. BMI yang sudah 4 tahun bekerja di hongkong ini juga tidak menampik jika teman-temannya banyak yang tak dapat mengendalikan diri tinggal di negara bebas.

Lesbi kencan
Menurut apa yang disampaikan Hary yang kemudian menjadi pengamatan indohelper, di tempat-tempat keramaian, terutama di lapangan Victory, paling mudah yang namanya membedakan pasangan lesbi ataukah sekedar teman. Para lesbi biasanya tak sungkan-sungkan jalan menuju tempat tujuan sambil baku peluk dan cium. Parahnya, ada yang sampai rela berdiri beberapa saat meneruskan aksi, tanpa peduli dengan teman setanah air yang lainnya. Begitulah cara mereka mengumbar kemesraan, di manapun tempatnya sudah di anggap bukan suatu halangan.Namun untuk pasangan yang loyal, masih memiliki rasa malu, biasanya menyewa sebuah hotel atau apartemen guna melakukan kencan. ‘’ Tabulah. Selain itu takut ketahuan tetangga. Lagian, dengan cara ngamar, kencan tarasa lebih konsen’’ujar 3 pasang lesbian yang minggu siang itu, hendak masuk kamar hotel Peterson Street, cousway Bay dan masih menyempatkan diri bincang dengan indohelper.
“kalau saya sih, tidak setiap liburan mesti bertemu dan melakukan kencan. Sebab masuk penginapan biayanya juga lumayan.Sehingga kami akan melakukan kencan, ketika rasa kangen datang tak terbendung.’’sambung pasangan lainnya. Dan menurutnya lagi, menyalurkan biologis dengan sesama akan lebih baik, ketimbang dengan lawan jenis.”Resikonya hamil sih’’

Melonggok kehidupan lesbi di HongKong, sebenarnya sangat memprihatinkan. Seperti yang di sampaikan Hendro, 23tahun. Bukan saja fisik yang capek, pikiranpun turut sengsara. “Kita mikir, bahwa ini memang salah, gak benar dan dosa. Kita ingin sadar. Namun toh, meskipun sudah berusaha mati-matian, tetap tidak bisa. Entahlah, barangkali karena saya pernah trauma di sakiti laki-laki. Sehingga ketika mendapatkan seorang perempuan yang sangat perhatian dan penyayang, maka dialah orang yang tepat buat saya’’katanya dengan mimik sedih. Merasa mendapat orang yang cocok menjadi pendamping inilah, Hendro rela berkorban apa saja demi pujaan hati. Meminjam uang di bank perkeriditan guna membeli rumah dan membiayai sewa kencan. Bahkan Hendro tidak keberatan gali lobang tutup lobang. Gadis ini juga mengakui, jika dirinya ingin sadar. Namun selalu tidak bisa melupakan gacoannya, yang akibatnya kehidupan sesama jenis tetap di jalani seperti air mengalir. “Makanya, kalau bisa jangan sampai mengenal dunia seperti ini. Sekali merasakan keindahannya, maka keinginan untuk mengulang akan selalu ada. Mungkin karena ketagihan, usahaku melepaskan diri dari lesbi selalu gagal’’tambahnya lagi.
Lain lagi, apa yang di alami Iren, 24tahun. Selama 3 tahun terjebak hubungan sejenis dengan teman akrabnya . Setelah pacarnya raib di ambil orang, barulah ia tersadar dari mimpi-mimpinya selama ini. Ia berusaha mendekatkan diri pada Tuhan dengan bergabung di salah satu organisasi religius. Namun perasaan sakit hatinya bukanya sembuh, malah semakin parah, lantaran di cemooh dan di kucilkan teman-teman di komunitas barunya. ‘’Saya sangat kecewa sekali pada waktu itu. Saya butuh teman dan bimbingan supaya saya bisa kembali ke jalan yang benar. Namun apa yang saya hadapi sangat di luar dugaan. Padahal mereka sering mengatakan, jika tujuan dari pembentukan organisasi, guna menyadarkan teman-teman yang di anggap menyimpang’’katanya dengan mata menerawang.
Karena anggota organisasi yang tidak bisa menerima keadaan dirinya inilah, bungsu dari 4 bersaudara, asal semarang ini kembali ke komunitas lama. Hura-hura dan bergelut dengan cinta semu. ‘’Sekarang, sudah 6 tahun saya bekerja di hongkong, namun sampai sekarang saya masih tidak punya apa-apa, selain pacar tomboy yang banyak’’ujar feminis penyuka baju transparan ini.(Kristina DianS)

Pendapat dari beberapa kalangan

Buruh Migran Indonesia yang ada Di hongkong.

Tutik, pekerja di daerah Hong Lok Yuen ini, sangat menyesalkan tindakan kawan-kawannya, bahkan dirinya sangat keberatan dengan apa yang di lakukan teman-temannya itu. ‘’Lho, kalau kesepian karena jauh keluarga, kenapa tidak di sibukkan dengan kegiatan positif? Bukankah banyak kegiatan yang dapat kita isi. Pengajian, belajar agama atau menuntut ilmu di training centre. Jika sampai ke arah yang intim seperti itu, khan merugikan diri sendiri. Gak bisa simpan uang dan juga menangung dosa yang tidak di ampuni Tuhan. Selain itu, kita semua tahu bahwa kebanyakan tujuan pergi ke Hongkong adalah untuk bekerja, mengentaskan diri dari terpuruknya perokonomian. Kok sampai di sini, bisa kaya’ gitu?. Dan lebih di sesalkan lagi, adalah kaum wanita yang sudah punya suami dan anak sampai-sampai melupakan keluarga begitu saja.
Menurut saya, lebih baik teman-temanku yang lain, dapat mengihindari diri dari pergaulan yang menyesatkan dan ingatlah selalu akan kodrat nya sebagai perempuan dan tujuan utama meninggalkan tanah air dan keluarga’’ujar wanita ini seputar pemandangan di sekitarnya.

Apa yang di sampaikan ibu muda ini memang ada benarnya. Di hongkong, organiasi religius bak jamur di musim hujan yang tumbuh dengan segar. Di perkirakan lebih dari 40 organisasi yang masing-masing beranggotakan lebih dari 50 orang. Baik yang berasal dari umat kristiani maupun islami. Bahkan komunitas positifpun banyak berdiri dengan misi masing-masing. Sayangnya, tidak semua BMI dapat menyikapi nya dengan benar, yang akibatnya terjerumus dalam pergaulan yang bebas.
”Perbuatan seperti itu adalah dosa besar yang tidak terampuni’’ujarnya saat di konfirmasi. (KDS)

Bagaimana pendapat salah satu organisasi yang ada di Hongkong dalam menyikapi fenomena hubungan sejenis?
Inilah petikan bincang indohelper dengan Mbak Mia, penasehat Organisasi KOTKIHO, yang memayungi 7 organisasi yang ada di Hongkong.

Memang, tidak sedikit kalangan BMI yang terjatuh di dunia lesbi. Terpicu oleh keadaan dan lingkungan. Ada juga yang memang dari sononya di lahirkan dalam keadaan yang demikian. Namun itu Cuma sebagian kecil saja.
Dari segi agama, hal ini memang di larang. Pun begitu seyogyanya, kita tidak usah menuding mereka sebagai orang-orang berdosa, mengucilkan dan mencemooh. Saya rasa mereka sadar, jika itu sudah melanggar. Biarlah itu menjadi urusan dan tanggung jawabnya pada Tuhan. Karena apa yang mereka lakukan adalah di atas hak asasinya sebagai manusia. Bukannya malah menjauhi dan mencemooh.
Lesbian karena yang terjebak lingkungan, bukanlah suatu penyakit akut yang tak dapat di sembuhkan. Saya yakin, mereka bisa kembali ke jalan yang benar. Jadi, marilah yang peduli dengan nasib sesama,terutama organisasi, merangkul, menuntun dan mengadeng mereka kembali ke jalan sesuai kodratnya. Namun jika solusi yang kita beri, tidak di hiraukan, ya apaboleh buat. Kita hargai saja jalan pilihan mereka.

Di bilang soal kasihan, ya kasihan sekali nasib mereka. Banyak lho yang mencintai pasanganya tidak sungguh-sungguh. Dengan alasan ngeret uangnya thok! Ribut melulu sampai jambak-jambakan dan melakukan kekersan lainnya. Tapi setelah itu, mereka akur lagi. Bayangkan! Ha….ha…..Ya sudah, yang pasti fenomena seperti ini memang ada di sini.(Kristina DianS)

Lalu bagaimana pendapat LSM Solidaritas Perempuan yang ada di jakarta?
Berikut hasil wawancara indohelper dengan Taufiek Zulbahary dari devisi advokasi kebijakan, yang beberapa bulan lalu datang ke hongkong dalam rangka persiapan WTO.
Apakah Lesbian di anggap sebagai penyimpangan?

Dalam konteks orientasi seksual, seyogyananya kita tidak memandang orentasi seksual apapun, sebagai bentuk penyimpangan. Baik itu, heterosexsual(antar lawan jenis), homosexsual(sesama jenis, gay maupun lesbi), maupun bisexsual(dua-duanya) dan transgender. Sebab, semua manusia berpotensi untuk semua orentasi sexsual tersebut. Tergantung pada kondisi biologis dan sosial mereka, termasuk kontrol sosialnya.

Fenomena lesbian agaknya sudah menjadi fakta sosial yang di hadapi sebagian kalangan BMI yang bekerja di hongkong. Kenapa hal ini bisa terjadi?

Terjadi karena beberapa faktor, yang antara lain karena situasi seperti rasa kesepian(lonelynees), homesick(tanpa pasangan) dan lingkungan. Apalagi jika melihat proses para migrasi ini yang di mulai dari penampungan, seperti makan, mandi dan tidur dengan sesama perempuan. Karena seringkali beriosali dengan sesama inilah, maka bisa saja itu di anggap sebagai strategi adaptasi dengan lingkungan sosial. Namun jika yang mereka lakukan karena hal itu, maka saya rasa ketika kembali ke indonesia, akan kembali seperti semula. Sesuai konteks lingkungan. Apalagi, budaya di indonesia, rentan terehadap pelabelan(stereotiping) negatif terhadap lesbian. Bahkan, perempuan heterosexsual yang belum menikah sampai umur tertentupun(30tahun keatas) akan mendapat tekanan sosial dari masyarakat sekitar. Karena rentanya terhadap stereotype, diskriminasi, beban-beban sosial dan kekerasan, kemudian mereka akan terubordinasi.

Apakah hubungan intim yang mereka lakukan dapat memicu terjadinya penularan virus?

Dalam konteks Infeksi Menular Sexsual(IMS) termasuk HIV/AIDS. Karena tidak melakukan penetrasi penis ke Vagina, lesbian umumnya melakukan hubungan seks yang relatif aman. Karena biasanya melakukan handjob(dengan tangan), oral sex dan mengunakan alat bantu(dildo). Yang perlu di perhatikan adalah personal hygiene atau kebersihan tubuh. Baik tangan, mulut, lidah, organ reproduksi dan tidak mengunakan dildo secara bergantian. Prinsipnya, tidak terjadi penularan virus dalam darah dan cairan vagina.

Solusi apakah yang dapat kita tawarkan pada kalangan BMI?

Guna pengurangan dampak buruk yang terkait dengan BMI, IMS dan HIV/AIDS, yang bisa di lakukan antara lain : Pemenuhan standar penampungan yang lebih baik, misalnya: fasilitas MCK, tempat tidur, fasilitas kesehatan, pembatasan daya tampung dan lain-lain. Baik sejak di indonesia maupun di negara tujuan. Dan, pemenuhan kebutuhan informasi terutama berkaitan dengan resiko migrasi, situasi sosial dan budaya di negara tujuan, seksualitas, gender dan kesehatan termasuk HIV/AIDS. (Kristina DianS)

5 komentar di "PERNIKAHAN SEJENIS"

Posting Komentar