Sudah menjadi korban underpayment, dianiaya pula. Itulah naas yang dialami Sulasmini, BMI asal Kalipare, Malang. Lebih menyedihkan lagi, sang majikan bukan orang lain. Mereka asli orang Indonesia.
Wajah Sulasmini, anak buah Abadi Agency, Yuen Long, masih terlihat pucat saat ditemui Apakabar di shelter Kotkiho, Rabu (18/4). Luka menghitam di lengannya juga masih membekas, akibat insiden tarik-tarikan dengan majikan saat ia berusaha kabur dari tempatnya bekerja, Minggu (15/4), pukul 11 siang. ”Hari itu saya dianiaya majikan. Wajah saya dimasukkan ke rice cooker dan ditampar enam kali,” tutur wanita yang telah bersuami ini.
Sulasmini mulai bekerja di Hong Kong pada Oktober 2006. Ia ditempatkan di daerah Sau Kei Wan. Sejak awal bekerja di rumah berukuran 650 square itu, ia digaji di bawah standar dengan masa potongan lima bulan. Dan, selama menyelesaikan masa potongan, ia tak beroleh hak libur. Hak libur baru ia dapatkan setelah selesai membayar potongan agen. ”Enam bulan bekerja, saya hanya sekali dikasih libur,” kata eks-BMI di Malaysia (4 tahun) ini.
Namun, gaji yang hanya HK$ 1.800/bulan, bukanlah pemicu utama kaburnya Sulas dari rumah yang beranggotakan lima orang: tuan-nyonya plus tiga anaknya. Melainkan, sikap nyonya majikan – berasal dari Kalimantan – yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Jika awalnya hanya sebatas ngoceh, dibarengi perlakuan kasar, lambat laun berujung ke penganiayaan. ”Nyonya juga suka memaki saya. Katanya: anjinglah, babilah. Saya dianggap kayak binatang.”
Setiap hari, nyonya tinggal di rumah. Itu yang membuat Sulasmini tak bisa bekerja dengan tenang. Selalu waswas berbuat kesalahan. Terbukti, pertengkaran dengan majikan kerap terjadi, apalagi kedua majikan sama-sama ngerti bahasa Indonesia. Menginjak bulan ketiga ia bekerja, nyonya mulai berani main tangan, meski hanya sebatas mendorong dan memukul ringan. ”Salah sedikit saja, nyonya langsung memukul,” tuturnya.
Sulas masih ingat, sebelum wajahnya dibenamkan ke dalam panci penanak nasi, ia pernah dipukul menggunakan alat pengepel lantai, di samping – tentu saja – dengan tangan. ”Hasil kerja saya katanya nggak pernah benar, juga kurang bersih. Bahkan, saya pernah dituduh pakai susuk, hanya karena kerjaan dianggap kurang bener,” sambungnya.
Ketika masih dalam taraf kekerasan ringan, Sulas sebenarnya sudah menyampaikan ke majikan agar ia dipulangkan. Hal itu semata-mata karena, sedari awal, nyonya sudah menunjukkan sikap tak bersahabat. ”Nyonya keberatan dengan permintaan saya. Katanya, agen sudah telanjur memungut biaya cukup banyak,” imbuh Sulas.
Tanpa disangka, setelah masa potongan lima bulan kelar, nyonya yang berusia 40 tahun itu benar-benar berulah. Setiap hari, meskipun berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, ada saja penyebab terjadinya perselisihan. Sulas dianggap kopros alias tidak bersih. Ujung-ujungnya, kekerasan fisik pun terjadi. Sekali-dua kali, anak buah PT Tritama Bina Karya, Kedung Kandang, Malang, ini masih mencoba bersabar. Cuek. Tak mau merespons kecerewetan nyonya. Lagi pula, hanya nyonya yang memperlakukannya tidak baik. Tuan dan ketiga anaknya sungguh perhatian kepadanya.
Puncaknya, perseteruan pun terjadi. Minggu pagi itu, nyonya sebenarnya sudah keluar rumah, entah pergi ke mana. Namun, tak lama berselang, si nyonya balik lagi. Entah bagaimana awalnya, nyonya marah gara-gara Sulas bekerja tidak bersih. Sembari mencak-mencak, wajah Sulas dimasukkan ke dalam rice cooker sambil ditekan-tekan. Keruan saja Sulas melawan. Ia mengibaskan tangannya. Sial, terkena wajah nyonya. Bisa dipastikan, emosi ibu tiga anak itu langsung meninggi. Sulas dituduh sengaja memukulnya. Tamparan berulang pun harus diterima.
Melihat kesempatan, saat nyonya masuk dapur, Sulas berusaha kabur dari tempat itu. Namun, belum sempat kakinya keluar dari pintu utama, majikan melihat. Adegan tarik menarik pun terjadi. Sampai akhirnya, ia berhasil melepaskan diri dari pegangan nyonya. Tanpa memakai sandal, ia berlari menuruni tangga lantai 9 menuju ke pos satpam di area perumahan.
Satpam kaget sewaktu melihat pekerja Indonesia ini datang minta tolong, sambil menangis dengan rambut awut-awutan. Oleh polisi, yang tiba di lokasi setelah ditelepon satpam, BMI yang kurang pandai bercakap bahasa Kanton ini langsung dilarikan ke Pamela Yaude Nethersole Eastern Hospital.
Menurut Sumiati, mantan ketua Kotkiho yang dihubungi polisi pada pukul 5 sore, hasil dari pemeriksaan rumah sakit akan diberikan ke kantor polisi. Ini penting, agar kasus tersebut bisa dilanjutkan ke Labour Department Hong Kong. ”Tapi, untuk memberikan keterangan ke kantor polisi, harus didampingi penerjemah,” kata Mia, sapaan Sumiati, kepada Apakabar.
Wanita hitam manis ini menambahkan, untuk sementara, biaya rumah sakit ditanggung oleh polisi atau pemerintah sampai ada yang bertanggungjawab terhadap nasib Sulasmini. ”Kalau soal itu sudah beres, barulah biaya diambilalih oleh yang bertanggung jawab,” ujar Mia. (Kristina Dian S)
MAJIKAN INDOPUN BISA JAHAT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar di "MAJIKAN INDOPUN BISA JAHAT"
Posting Komentar