Oleh: Kristina Dian Safitry
'' Bulan, izinkan aku menemanimu. Ku ingin bersamamu mengusir kesunyian malam ini''.
Dea tersenyum membaca SMS dari sahabat udara yang baru dikenalnya sebulan lalu. Cowok itu memanggilnya Bulan. Dea memanggilnya Bintang.
Bagi gadis berlesung pipit ini, Nicol sungguh sangat nakal. Meski Dea sudah jujur punya kekasih di tanah air, Nicol tak mau peduli. Bahkan Dea mengatakan: akan menikah pada pertengahan september tahun ini. Tetapi cowok berkaca mata asal Surabaya itu tetap saja usil.
'' Bulan, kenapa kau diam? Lihatlah! Cahayaku semakin redup. Kurindukan sapamu, bulan''Dea ragu membalas SMS dari Nicol. Ketikan SMS yang hampir terkirim dibatalkan seketika. Seharian ini, sudah lebih dari sepuluh SMS yang di kirimkan kepadanya. Telepon tanpa nomor sampai rela tidak diangkatnya. Takut telepon itu dari Nicol.
" Biarpun hanya dalam angan biarkan aku menyayangmu. Izinkan aku mendengar suaramu. Itu sangat berarti bagiku. Malam tanpa bulan terasa sunyi sepi dan gulita. Entah kemana bulan. Hanya bintang yang setia berkelap kelip diangkasa. Tak mampu berbuat apa apa. Bintang menganggumi mu, tegakah kau melihat bintang merana?Oh my god, what is that mind all of these? Is it mistery of life?. ''rentetan SMS dari Nicol tak jua berakhir walau tak ada jawaban.
Dea yang bekerja pada tujuh anggota keluarga, berusaha menolak perasaanya. Mengantikan keresahan dengan memandang potret Rian, calon suaminya. Tapi tetap tak bisa mengubah rasa resah. Di akuinya, Nicol memiliki kelebihan jika dibandingkan Rian. Tidak manja. Tidak merajuk ketika SMS lambat terbalas. Jauh beda dengan Rian yang gampang ngambek. Hingga terkesan tak memberikan waktu pada Dea sibuk dengan urusannya. Kalaupun hingga kini masih bertahan semata keluarga Rian telah datang melamar setahun sebelum Dea memilih jadi BMI.
Kini Dea terjerat, terkulai dalam kekaguman suara Nicol. Suara yang memberi sketsa atas kepribadian si pemilik. Ya, suara itu terkesan dewasa, pengertian, puitis dan enak di dengar. Dea menduga, Nicol pasti cowok cakep, gagah, tampan dan tidak memalukan jika kelak jalan bersamanya. Akankah dirinya dibiarkan hanyut dalam rasa yang semakin tak menentu? Ataukah di hindari saja, seorang cowok yang menjadi TKI Australi itu?. Begitu yang ia pikirkan seharian ini. Jika saja di dalam hati Dea belum ada sesosok kekasih yang bakal jadi pendampingnya kelak, tentu Dea tak sampai seresah itu. "Aku tak boleh menggaguminya. Tidak boleh''katanya dalam hati.
''Bintang, izinkan bulan sendirian malam ini. Tidakkah kau lihat, betapa malam ini sungguh pekat. Bulan tak kan bersinar malam ini. Enggan menyapa bumi''jawab Dea sambil menghempaskan tubuh kurusnya di atas ranjang. Di pandangnya langit-langit kamar yang hanya bisa dinikmati pada tengah malam. Ia satu-satunya saksi akan keresahanya akhir-akhir ini.
"Bulan, meski cahayaku tak seterang cahayamu, yakinlah kegelapan ini akan berlalu asal kau izinkan aku melangkah disampingmu''SMS Nicol semakin membuat pusing kepala gadis berambut pirang ini.
Dea kadang merasa tak sanggup jauh dari Rian. Godaan yang datang membuatnya sering patah arang. Sementara waktu, Dea memang masih sanggup menghancurkan semua godaan itu. Mempertahan kesetiaan meski harus bermandikan air mata. Tapi sampai kapan? sementara taburan bintang-bintang diangkasa begitu indah. Bersinar, berputar, dan menari gemulai dihadapannya. Sebagian bintang itu mengoda menggelilinginya, mengajaknya menikmati alam malam.
" Aku lelah''keluhnya pada tumpukan baju-baju yang selama ini dijadikan bantal. Lelah diburu, di hantui bahkan nyaris terhempas dalam perselingkuhan. Namun sejauh itu, Dea tetap ingin bertahan di Hong KOng yang telah ia tinggali selama tiga tahun. Sedikitpun tak ada rencana pulang tanah air sebelum asanya kesampaian. Ia ingin memiliki masa depan cemerlang. Menginggat gaji Rian sebagai PNS di kantor kecamatan tak dapat di andalkan.
Tapi sejak Nicol mengirimkan SMS salam perkenalan, bahkan beberapa kali mengontak, Hati Dea mulai berubah. Dea tergoda pada lelaki dalam bayangan. Seharian Dea bisa kebinggungan jika tak di telepon Nicol. Untungnya, Dea termasuk cewek yang pandai menyimpan perasaan. Ia tak pernah kirim SMS duluan. Apalagi nelepon. No Way! Ia tak mau buang buang pulsa, yang itu artinya juga buang buang uang.
"Bintang, usah usik diri ini. Telah ada bintang lain yang lebih indah dan lebih terang dari cahayamu. Hanya satu bintang yang aku pilih dalam hidup ini. Engkau tau, aku sangat bahagia bersamanya. Tak sedetikpun ia mengizinkan mendung bergelayut di depanku. Dan mengertilah bintang, tak kan ku ambil dua bintang dalam hatiku''
Terpaksa Dea mengucapkan kata itu. Menyadari Nicol semakin tak dapat memahaminya.
" Bulan tak mengapa kau pilih satu bintang dalam malammu. Tapi bagaimana dengan hatiku ini? aku terlanjur terpesona. Aku damai jika bisa bersamamu seperti ini. Jujur saja bulan, kuinginkan dirimu menjadi pendamping hidupku. Kau bisa menyinari alam luas ini. Tapi kenapa tak kau beri sinarmu yang indah itu untukku? aku membutuhkanmu bulan''
'' Bintang, angap saja diriku di takdirkan bukan untuk dimiliki. Apalagi olehmu. Met tidur'' setelah mengirim SMS itu Dea mematikan HP. Dea menyadari jika hal itu dibiarkan berlarut-larut maka bahaya akan datang menghempas kehidupannya.
Dea gadis cantik. Anak tunggal dari pasangan pegawai pemerintah. Pendidikan Dea juga bukan tergolong rendah untuk ukuran orang desa. Tetapi itu tadi, ingin lekas mandiri Dea milih merantau ke Hong Kong dari pada menyelesaikan pendidikanya di sebuah perguruan yang ada di kotanya. Sejak kecil, kedua orang tuanya mendidik Dea menjadi seorang gadis yang kuat, disiplin dan cerdas dalam berfikir. Soal berpakain juga demikian. Selalu diajari berpakaian rapi. Tak heran, jika sesampai di Hong Kong Dea tetap dengan gaya berpakaian yang demikian. Kaos ketat di padu celana panjang. Meski pakaiannya mayoritas -bahkan tidak -ada yang bermerk, tetapi gadis manis ini kelihatan seksi dengan baju-baju kesukaannya itu.
Siapapun yang memandangnya, jarang ada sepintas lalu. Apa yang ada dalam diri Dea menjadi magnet tersendiri. Bukan hanya kaum perempuan, kaum laki-lakipun bisa terpesona. Tak ketinggalan sang majikan laki-laki juga bersikap seperti kebanyakan tatapan yang lain. Sering didapatinya sedang mencuri-ciri pandang. Inilah salah satu yang membuat Dea berniat enyah dari tempat kerjanya. Karena bukan hanya sekali dua, si nyonya terbakar cemburu. Anehnya, Dea malah dipertahankan oleh nyonyanya itu. Alasan majikan perempuannya: Dea pintar onbai sikan, pai sam ke dan meng pak.Tutur kata Dea sangat lembut dan sopan. Meski murah senyum tak menghilangkan sifat Dea yang sebenarnya. Tegas.
***************
Nicol, cowok berhidung bangir ini kebinggungan. Sudah hampir seminggu cewek pujaannya mematikan HP. Ingin mengirim surat tak tahu alamat. Kirim Email, tak dibalas. Beberapa hari pikiranya kalut. Karena Dea tak bisa dihubungi, membuatnya tak betah berlama-lama di tempat kerjanya. Sebelum usai jam kerja, Nicol selalu terburu-buru pulang ke rumah kontrakan. Ia ingin lekas mandi, duduk diayunan sambil berandai-andai. Hobi baru yang memeras otak. Karena tipe cewek setia seperti Dea tidak mudah dijerat.
" Aku akan terus berusaha mendaptkanya. Harus!'' tekat Nicol.
Dalam seminggu sudah dua kali ia dapat teguran mandor kebun cokelat, tempat Nikol mengadu nasib. Nicol yang masih terpuruk oleh bayangan pengkhianatan calon istrinya tak hirau.
Nicol sendiri tak habis mengerti kenapa ia bisa jatuh cinta pada Dea. Padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Gambaran Dea pun tak pernah ia dapatkan. Yang ia raba dari pikiranya, Dea pasti gadis cantik yang enerjik, lembut, rada manja serta cerdas. Nyambung diajak ngobrol apapun. Makanya Nicol mati-matiin berusaha menjerat Dea. Karena cewek seperti Dea lah yang diyakini bisa membuatnya bahagia. '' Gila! gue bisa jatuh hati sama Dea''makinya dalam hati.
Mendapatkan Dea akan membuatnya berhenti mempermiankan cewek-cewek yang tergila-gila padanya. Ia akan berhenti memanfaatkan cewek-cewek itu sebagai pelampiasan rasa dendamnya terhadap kaum perempuan.Kelak jika berhasil mendapatkan cinta Dea, Nicol bersumpah tidak akan pernah menyakiti gadis itu. Semenitpun tak kan pernah ia tinggalkan. Kemanapun ia pergi, berharap Dea selalu menemaninya. Agar kejadian pertama tak terulang lagi.
Di buang pandangan matanya jauh-jauh menembus taman bunga di halaman rumah kontraknya.
Pohon-pohon di tepi jalan berjajar rapi, melambai di tiup angin. Semilir senja itu mampu membawa Nicol dalam lamunan panjang. Membayangkan Dea jadi miliknya. Ketika ia pulang kerja, istri cantik berambut panjang akan menyambutnya. Memberikan seuntai senyum pada dirinya. Tanpa sadar, tubuh Nicol tersandar lemah di ayunan. Matanya terpejam. Sementara sigaret yang ada di sela jari nya turut terjuntai ketanah.
***********************
Sendiri, Dea menikmati hangat mentari di tepi sungai Tai Po, New Territories East pada minggu itu. Ia sengaja meninggalkan rumah majikan lebih pagi dari biasanya. Menyelusuri Ting Kok Road sudah menjadi kebiasaan setiap ada masalah. Pun panoramanya tak seindah Star Ferry atau taman victory yang selalu penuh pekerja asing dari Indo. Tetapi di wilayah pedesaan ini mampu membuatnya tenang. Meski hanya memandang sekumpulan ikan-ikan, atau memperhatikan keramaian pasar yang dibangun diatas sungai berair jernih. Lalu lalang pejalan kaki memberi arti tersendiri.
" Tolong di hidupin hpnya dong''SMS dari Voni temanya nyasar ke nomor pribadi Dea. Voni sempat sewot dengan teman yang paling cantik dan super cuek ini. Beberapa hari nomor HPnya tak bisa dihubungi. Teman-teman sekomunitas sampai geger. Bagaimana tidak, dana untuk perlombaan menyambut HUTRI, seluruhnya di bawa Dea. Waktunya bayar sewa tempat, juga beli kebutuhan perlombaan. Karna ulah Dea, perlombaan gagal dilaksanakan digedung kota Wan Chai. Untungnya Dea disegani anggota komunitas Teratai Merah.
" Sorry deh, Von. Lagi ada masalah pribadi nih. Harap maklum deh''balas Dea. Yang tak lama kemudian menghidupkan hp satunya. " Ya ampun"pekik Dea. Sangking banyak SMS membuat memory HP nya penuh. Dibaca sekilas SMS itu satu persatu. Begitu ada nomor dari Nicol ia tertegun sesaat. Keningnya berkerut.
" Bulan. Dimana dirimu? kenapa kau pergi tanpa pamit padaku. Katakan bila aku bersalah padamu. Please bulan, jangan siksa diriku ini. Jangan kau redupkan cahaya hatiku.". Terabaikan! Sedikitpun tak ada niat membalas SMS itu.
'' Dea chayank. Apa yang telah terjadi padamu? Kenapa mematikan HP hinga berhari -hari lamanya? Apa Dea ada masalah?. Atau.,..tagihan telepon bengkak lagi?''SMS Rian membuat Dea tersenyum. Ia ingat, pernah mematikan HP gara-gara belum bayar tagihan telepon. Rian sampai rela mengirimkan uang dari Indo, takut tak bisa komunikasi. Kadang Rian memang begitu dewasa dan pengertian meski tak sepuitis Nicol. Tapi tak jarang jika penyakit manja Rian kambuh, Uhg... Dea pasti sueeebel setengah mati. Maklum, Rian anak bungsu dari 6 bersaudara.
Belum terbaca semua SMS, telepon tanpa nomor masuk. Begitu diangkat rupaya Nicol yang lagi kangen berat.
" Dea, elu kejam banget sich sama gue?''kata arek surabaya yang dibesarkan di kota metropolitan, Jakarta.
" Sorry Nic. Dea nggak ingin kita semakin jauh terhanyut di aliran fatamorgana. Kita belum saling kenal khan? tidakkah engkau khan berfikir. Apakah aku ini sama seperti yang ada dalam bayanganmu atau malah sebaliknya. Lagian Dea sudah punya calon suami. Dea tak ingin menodainya Nic. Marilah kita berhenti dan bangun dari rasa ini. Kita berteman saja. Kalau ingin menjadikan aku sebagai pacarmu, lebih baik aku mundur. Usah lagi kita berteman.''ungkap Dea panjang lebar. Berusaha dengan segala kekuatan menekan dan menyembunyikan perasaan.
Bagaimanapun juga Nicol memang sulit di kasih pengertian. Sekilas diawal kenal kesanya Nicol begitu memahaminya. Faktanya, semakin lama kepribadian Nicol terbuka dengan sendirinya. Angkuh, egois dan suka memaksakan kehendak orang lain. Rasa simpati yang ada dalam diri Dea perlahan memudar.
" Apapun keadaan elu, guwe bisa nerimanya. Gue gak peduli elu bekas pacarnya Rian. Gue ingin miliki elo, Dea''
" Nicol. Berfikir pakai otak dong. Andalkan logikamu.''. Dea sedikit bicara keras.
" Lusa gue mau beli teket berangkat ke Hong Kong. Akan gue buktiin. Selama ini gue nggak main-main'' ''Kamu jangan gila. And please, dont mike me be grazy. Tolong dong jangan ubah perasaanku jadi benci.''
" Soalnya elo gak mau ngerti dengan perasaan gue''
''Kamu yang nggak ngerti aku. Dah berapa kali kubilang aku sudah punya cowok''
Pertengkaran hampir saja meledak ketika tiba-tiba ada nada telepon masuk.
"Sorry Nic ada telepon masuk'' setelah berkata dengan ketus, Dea mematikan telepon dari Nicol.
" Yank, gimana khabarnya? kenapa yayank matiin telepon? ada masalah? aku mengkhawatirkan keadaan mu''suara Rian terdengar panik. Membuat Dea semakin merasa bersalah. Salah membiarkan hatinya menyukai seseorang selain dirinya. Salah membiarkan hatinya hanyut begitu saja.
" Mas, Dea ingin pulang''tiba-tiba Dea mengatakan hal itu tanpa menjawab pertanyaan pacarnya. Rian tersentak, meski hati berbunga. Dan Rian yakin, gadisnya pasti mendapat masalah.
" Katakan, ada masalah apa?''Meski bertanya seperti itu, tapi Rian bahagia mendegar kekasihnya tiba tiba ingin pulang. Baginya, Dea termasuk cewek yang keras kepala. Tak bisa di cegah atau dilarang jika punya kemauan. Dalam rangka cuti tahun lalu, Dea minta izin setahun lagi. Di larang bagaimanapun ia tetap berangkat. Sekarang baru setahun sudah ingin pulang.
" Dea nggak sanggup Mas. Ternyata cobaan ini lebih berat. Sangat berat jika dibandingkan pekerjaan yang Dea jalani. Mas jangan marah ya, jika Dea jujur''
''Katakan chayank. Dari dulu aku tak pernah marah padamu.''
" Dea hampir menyukai seseorang mas.''
Rian tersentak kaget. Seketika ia ingin marah. Tapi ia hanya mampu mengelus dada. Rian yakin, kekasihnya cewek yang tak mudah jatuh. Rian yakin itu. Tapi kenapa Dea tiba-tiba bilang meyukai seseorang. Siapa gerangan? tapi itu sudah tak penting untuk di ketahui oleh Rian. Ia malah berharap tak tahu siapa dan dimana gerangan orang yang di sukai Dea. Kalau boleh jujur, ia justru bersyukur. Tanpa dapat masalah itu, mustahil gadis ayu kekasihnya itu ingin segera pulang.
" Pulanglah Dea. Bukankah jalan menuju masa depan tinggal kita langkahi. Jalan itu sudah terbentang. Kiriman uang dari yayank sudah kubelikan sebuah toko. Dan sejak yayang kembali ke Hong Kong, toko itu sudah berfungsi. Keuntunganya sudah cukup untuk kehidupan kita, bahkan untuk anak anak kita nanti.''
''Benarkah?''
Nokia dan sony yang selama 3 tahun menemaninya kini melayang diatas sungai perbatasan Tai Po - Tai Wo. " Aku akan pulang''teriaknya tanpa sadar.
Just for An and An, 30 july 2007
KALA BULAN TERGODA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Said
Cinta sesungguhnya tidak mngenal musim, ruang dan waktu. Ia datang dan pergi dikala sesiapa sedang lelap atau terjaga. Ia akan merasuki hati tak mengenal usia. Manakala sebuah cinta bersemi di situlah bunga akan menjadi mekar, wangi yang diharumkan.Tapi manakala cinta berganti rupa di situlah tangis mengandung duka. Cinta, tuak anggur duka. Di dalam tawa ada duka di dalam duka ada suka maka di situlah dusta cintamu. Wahai ternyata "Dea" terperangkap dalam dustanya cinta.Huahahahaha ngek ngek.
Said
ya,kadang kala aku berpikir bahwa cinta itu memang indah, datang pada sesiapa saja. tetapi kayakny aitu cinta bisa bikin gila. gila ketika jatuh cinta dan gila ketika kehilangan cinta. walah..gak tahu ah...
Said
Panjang juga ceritanya...
Cerita nyatakah?