CAHAYA DIAN

Aku terlahir sebagai anak sulung dari tiga bersaudara. disalah satu dusun, wilayah Malang Jawa Timur. Keluargaku biasa biasa saja, tetapi cukup disegani masyarakat sekitar. Ayahku seorang ustad, meski ibuku keturunan Nasrani. Bnyak hal yang diajarkan ayah dan bunda dalam menyikapi arti hidup, meski kelak aku tak lagi menjadi tanggung jawab mereka. Kata ayah: hidup adalah perjuangan. dan kata ayah lagi, bahwa tak semua orang bisa memaknai arti sepenggal kata ini. itulah yang kemudian, banyak orang yang mengeluh karena kehidupan.

Ayah mendidikku menjadi seorang yang pemberani. dalam arti aku tak boleh takut gelap *he..he..dulu aku memang takut yang namanya gelap*. arti gelap yang ayah maksud adalah: gelap dalam kehidupan, gelap dalam pemikiran karena pesoalan. untuk itu, ayah selalu mengajarkan kepadaku, untuk menyiapkan lentera hati, seselit apapun hidup ini. dan lentera itu harus dijaga agar tetap menyala.

jika kita memiliki lentera hati, maka dengan lentera itu kita akan mampu menerangi jiwa jiwa suram disekitar kita. ah, apa yang kitakan ayah memang benar. adakalanya kita bertemu ddengan manusia manusia yang tak memiliki lentera dalam hatinya. jika sudah demikian, maka orang itu akan mudah terjatuh kepada rasa iri, dengki dan tidak suka akan kebahagiaan orang lain. lalu, apakah kita akan menghindari jiwa2 yang demikian? ketetapan hati ada pada kita masing masing. apakah kita akan membiarkan ataukah kita akan memberikan separuh cahaya dalam diri kita untuk membuat orang itu memiliki lentera. apakah karena ini, ayah dan bunda kemudian memberiku nama Dian?aku tak tahu,karena aku tak pernah bertanya.

14 komentar di "CAHAYA DIAN"

Posting Komentar